Halaman

Selasa, 11 Desember 2012

HIDROKARBON

Senyawa Karbon Organik Dan Senyawa Anorganik

   
    Dahulu orang berpendapat bahwa senyawa karbon hanya dapat diperoleh dari makhluk hidup atau senyawa karbon hanya dapat disintesis (dibuat) oleh tubuh (organ) makhluk hidup. Oleh Karena itu senyawa karbon lebih dikenal dengan senyawa organik. Misalnya karbohidrat, protein, dan lemak.
    Senyawa anorganik merupakan senyawa yang dapat disintesis di luar tubuh makhluk hidup, misalnya karbonat, gas karbondioksida, dan karbon monoksida.
    Berdasarkan penemuan Friederick Wohler penggolongan senyawa karbon organik dan senyawa anorganik tidak lagi didasarkan pada asalnya, tetapi lebih didasarkan pada sifat dan strukturnya. Senyawa karbon organik mempunyai ciri khas bahwa di dalam strukturnya terdapat rantai atom karbon, sedangkan pada senyawa anorganik umumnya tidak terdapat rantai atom karbon. Beberapa perbedaan umum dapat dilihat pada tabel berikut.
     

Karakteristik Atom Karbon


Kekhasan Atom Karbon

Atom  karbon  memiliki  empat  elektron  valensi. Keempat  elektron  valensi  tersebut  dapat membentuk empat ikatan kovalen melalui penggunaan bersama pasangan elektron  dengan  atom-atom  lain.  Atom  karbon  dapat  berikatan kovalen tunggal dengan empat atom hidrogen membentuk molekul metana (CH4).



Rumus  Lewisnya:Selain  dapat  berikatan  dengan  atom-atom  lain,  atom  karbon  dapat juga  berikatan  kovalen  dengan  atom  karbon  lain,  baik  ikatan  kovalen tunggal  maupun  rangkap  dua  dan  tiga,  seperti  pada  etana,  etena  dan etuna  (lihat pelajaran  Tata  Nama  Senyawa  Organik).


Kecenderungan  atom  karbon  dapat  berikatan  dengan  atom  karbon lain  memungkinkan  terbentuknya  senyawa karbon  dengan  berbagai struktur (membentuk rantai panjang atau siklik). Hal inilah yang menjadi ciri khas atom karbon.



Jika satu atom hidrogen pada metana (CH4) diganti  oleh  gugus –CH3 maka akan terbentuk etana (CH3–CH3). Jika atom hidrogen pada etana diganti oleh gugus –CH3 maka akan terbentuk propana (CH3–CH2–CH3) dan seterusnya hingga  terbentuk  senyawa  karbon  berantai  atau  siklik.


Atom C Primer, Sekunder, Tersier, dan Kuartener


Berdasarkan kemampuan atom karbon yang dapat berikatan dengan atom karbon  lain, muncul istilah atom karbon  primer,  sekunder, tersier, dan kuartener. Istilah ini didasarkan pada jumlah atom karbon yang terikat pada  atom karbon tertentu.

Atom  karbon  primer adalah atom-atom karbon yang mengikat satu atom karbon tetangga.


Atom karbon sekunder adalah atom-atom karbon  yang  mengikat  dua  atom  karbon tetangga.


Atom  karbon tersier  adalah  atom-atom karbon  yang  mengikat  tiga  atom  karbon  tetangga.

Atom karbon kuarterner, yaitu ato karbon yang terikat oleh empat atom karbon yang lain.

 Berdasarkan bentuk rantai karbonnya :

• Hidrokarbon alifatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai lurus/terbuka yang jenuh (ikatan tunggal/alkana) maupun tidak jenuh (ikatan rangkap/alkena atau alkuna).
• Hidrokarbon alisiklik = senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar / tertutup (cincin).
• Hidrokarbon aromatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar (cincin) yang mempunyai ikatan antar atom C tunggal dan rangkap secara selang-seling / bergantian (konjugasi)

Berdasarkan ikatan yang ada dalam rantai C-nya, senyawa hidrokarbon alifatik dibedakan atas :
1. Alkana (CnH2n+2)
2. Alkena (CnH2n)
3. Alkuna (CnH2n-2)

Keterangan : n = 1, 2, 3, 4, .......dst


ALKANA (Parafin)

adalah hidrokarbon yang rantai C nya hanya terdiri dari ikatan kovalen tunggal saja. sering disebut sebagai hidrokarbon jenuh....karena jumlah atom Hidrogen dalam tiap2 molekulnya maksimal. Memahami tata nama Alkana sangat vital, karena menjadi dasar penamaan senyawa2 karbon lainnya.

TATA NAMA ALKANA

1. Nama alkana didasarkan pada rantai C terpanjang sebagai rantai utama. Apabila ada dua atau lebih rantai yang terpanjang maka dipilih yang jumlah cabangnya terbanyak
2. Cabang merupakan rantai C yang terikat pada rantai utama. di depan nama alkananya ditulis nomor dan nama cabang. Nama cabang sesuai dengan nama alkana dengan mengganti akhiran ana dengan akhiran il (alkil).
3. Jika terdapat beberapa cabang yang sama, maka nama cabang yang jumlah C nya sama disebutkan sekali tetapi dilengkapi dengan awalan yang menyatakan jumlah seluruh cabang tersebut. Nomor atom C tempat cabang terikat harus dituliskan sebanyak cabang yang ada (jumlah nomor yang dituliskan = awalan yang digunakan), yaitu di = 2, tri = 3, tetra =4, penta = 5 dan seterusnya.
4. Untuk cabang yang jumlah C nya berbeda diurutkan sesuai dengan urutan abjad ( etil lebih dulu dari metil ).
5. Nomor cabang dihitung dari ujung rantai utama yang terdekat dengan cabang. Apabila letak cabang yang terdekat dengan kedua sama dimulai dari :
• Cabang yang urutan abjadnya lebih dulu ( etil lebih dulu dari metil )
• Cabang yang jumlahnya lebih banyak ( dua cabang dulu dari satu cabang )


ALKENA (Olefin)

merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 2 (-C=C-)

TATA NAMA ALKENA

hampir sama dengan penamaan pada Alkana dengan perbedaan :
• Rantai utama harus mengandung ikatan rangkap dan dipilih yang terpanjang. Nama rantai utama juga mirip dengan alkana dengan mengganti akhiran -ana dengan -ena. Sehingga pemilihan rantai atom C terpanjang dimulai dari C rangkap ke sebelah kanan dan kirinya dan dipilih sebelah kanan dan kiri yang terpanjang.
• Nomor posisi ikatan rangkap ditulis di depan nama rantai utama dan dihitung dari ujung sampai letak ikatan rangkap yang nomor urut C nya terkecil.
• Urutan nomor posisi rantai cabang sama seperti urutan penomoran ikatan cabang rantai utama.

ALKUNA

merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 3 (–C≡C–). Sifat-nya sama dengan Alkena namun lebih reaktif.

Rumus umumnya CnH2n-2

Tata namanya juga sama dengan Alkena. namun akhiran -ena diganti -una
Kegunaan Alkuna sebagai :
• etuna (asetilena = C2H2) digunakan untuk mengelas besi dan baja.
• untuk penerangan
• Sintesis senyawa lain.


LIHAT SLIDE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar